Sabtu, 14 Februari 2015
SEJARAH SINGKAT KERAJAAN LAIKANG
“LAIKANG” atau Desa Laikang yang berada
dalam wilayah Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan pada
abad ke 15 berdiri sebuah kerajaan yang dikenal bernama Kerajaan LAIKANG.
Raja
pertama Kerajaan Laikang dipimpin oleh Karaeng TUNIPASSAYYA, Raja kedua bernama ARU CINA dan Raja ke Tiga
adalah PETTA PANGGAUKA.
Petta Panggauka
mempunyai Permaisuri bernama BASSE DAENG NGALUSU dan dikaruniai oleh anak
perempuan bernama MAMMINASA DAENG ROSO.
Pada
pemerintahan Raja ke Tiga, Kerajaan LAIKANG tenteram dan damai. Beliau memimpin
Kerajaan kurang lebih 30 Tahun lamanya dan setelah itu digantikan oleh putrinya
(Raja Ke 4) yang bernama MAMMINASA DAENG ROSO.
Pada masa pemerintahan Mamminasa
Daeng Roso (Raja Ke 4) Kerajaan Laikang dilanda musibah dan bencana silih
berganti. Raja Mamminasa Daeng Roso tidak mampu memimpin Kerajaan Laikang dan
menyerahkan Tampuk Pimpinan ke Kelembagaan Adat yang pada saat itu bernama
“BAKU APPAKA (Pati). Pada saat itu terjadi pertemuan antara Raja Laikang dan
Kelembagaan adat dan menghasilkan kesepakatan yaitu mengutus TELIK SANDI ke
Kerajaan BONE untuk mencari pemuda yang pantas menjadi Raja Laikang.
Ir. H. Sukwansyah A. Lomba MSi. Kr. Nojeng M. Yunus Aidid SH. Kr. SIbali Pemangku Adat "Karaeng Laikang" Ketua Lembaga Adat "Karaeng Laikang" |
Semua Pemuda-pemuda
yang gagah berani dan dari bangsawan kerajaan Bone berkumpul untuk mengadu
kesaktian. Disitulah terlihat pemuda yang bernama Andi Makkasaung Ri Langi
dengan memakai Pantoro dan sarung Sutera.
Setelah acara Adat
selesai, Utusan dari kerajaan Laikang mendekati Pemuda tersebut dan meminta
untuk menjadi Raja Laikang. Maka Pemuda tersebut mengajak kerumahnya untuk
bertemu sekaligus menyampaikan ke kedua orang tuanya.
Pada saat itu orang tua
dari Andi Makkasaung Ri Langi menyetujui dan Beliau berkata “Kerajaan Bone dan
Kerajaan Laikang masih ada hubungan darah dari simbol Kerajaan yaitu TALLUNG
BOCCOA RI BONE (Mangkauka Ri Bone) dengan Simbol Kerajaan Laikang GARUDAYA RI
LAIKANG.
Tanpa mengulur waktu,
keesokan harinya Andi Makkasaung Ri Langi mempersiapkan Perahunya yang bernama
“LESSA LASARANG KEKEA” Andi Makkasaung Ri Langi meminta kepada utusan Barumbung
Daeng Tale dan rombongannya untuk ikut dengan Beliau. Dan Naiklah semua ke
Perahu dengan menempuh perjalanan laut. Disinilah Andi Makkasaung Ri langi menunjukkan
kesaktiannya dengan mengayung tiga kali, perahu tersebut sampai di pantai
Kerajaan Laikang yang bernama PUNTONDO.
Sesampai di Kerajaan Laikang, Andi Makkasaung
Ri Langi disambut dengan acara Adat. Berselang dua hari Raja Laikang yang
bernama Mamminasa Daeng Roso menyerahkan Tahtanya ke Pemuda tersebut yang tidak
lain bernama Andi Makkasaung Ri Langi sekaligus mempersunting Mamminasa Daeng
Roso.
Pernikahan tersebut
dikaruniai tiga orang anak.masing-masing bernama,
Compong
Leko Daeng Karaeng. (Anak Pertama)
Daeng
Muntu (Anak ke dua) dan
Ranjabila
Daeng Matino (Anak ke Tiga)
Selama kepemimpinan
Andi Makkasaung Ri Langi sebagai Raja kelima, Kerajaan Laikang semakin terkenal
dengan kesaktian Raja dan dengan Adat Istiadatnya.
Pada abad tersebut muncullah “Sayyed
Jalaluddin” yang juga keturunan ke 27 Rasulullah SAW. Beliau datang dan menyebarkan
agama Islam di Kerajaan Gowa dan mempersunting Putri Kerajaan Gowa yang bernama
Yacara Daeng Tamami. Dan beliau pindah ke Kerajaan Laikang dengan mengendarai
selambar Sajadah diatasnya membawa beberapa Kitab dan sebuah Cerek.
Sayyed Jalaluddin dikenal
menyebarkan agama Islam dikawasan Timur Indonesia dan mendarat di Kerajaan Gowa
kemudian ke daerah Cikoang, Laikang.
Sayyed Jalaluddin mempunyai keturunan yang
bernama Sayyed Umar Tuanta Toaya dan Sayyed Sahabuddin Tuanta Loloa.
Di Kerajaan Gowa,
Sayyed Jalaluddin adalah guru pertama “SYEK YUSUF”. (Tuanta Salamaka) dalam mempelajari ilmu-ilmu Islam. Pada saat
itu Sayyed Sahabuddin menikahi seorang Perempuan yang bernama Syarifah Tuang
Baenea dan dikaruniai anak laki-laki bernama Sayyed Sirajuddin. Sedangkan
Saudaranya Sayyed Umar Tuanta Toaya menikahi seorang gadis melayu yang bernama
Ince Raiya.
Di Akhir kepemimpinan
Raja Laikang “Andi Makkasaung Ri Langi”, Beliau mengangkat Putri pertamanya
bernama Compong Leko Daeng Karaeng sebagai Raja ke 6 di Kerajaan Laikang.
Pada masa Pemerintahan
Compong Leko Daeng Karaeng, di Kerajaan Gowa terjadi peperangan sengit melawan
Belanda.
Raja Gowa pada waktu
itu meminta kepada Kerajaan Laikang untuk ikut membantu mengusir penjajah
ditanah Makassar khususnya di Kerajaan Gowa. Tanpa mengulur waktu, Raja Laikang
yang dipimpin langsung oleh Compong Leko Daeng Karaeng membawa Pasukannya ke
kerajaan Gowa, Sesampai di Kerajaan Gowa disambutlah oleh Sombayya Ri Gowa.
Kemudian Sombayya Ri
Gowa berkata “Apakah tidak ada lagi leleki pemberani di Kerajaan Laikang
sehingga Raja Laikang mengutus perempuan yang ikut membantu Kerajaan Gowa memimpin
pasukan untuk berperang. Maka saat itu Raja Laikang Compong Leko Daeng Karaeng
merasa malu dan langsung pulang ke Kerajaan Laikang.
Sesampai di Kerajaan
Laikang, Beliau langsung mengumpulkan Punggawa Kerajaan dan kerabatnya untuk
membahas perkataan Sombayya Ri Gowa. Dan saat itu juga Compong Leko Daeng
Karaeng berkata “LIPA LALANG KALENGKU KU PASULUKANGI, INAI-NAI ERO’ AMPAENTENGI
SIRI’NA LAIKANG ASSAMBEANGA MAE A’BUNDU RI BUTTA GOWA, KUSAREANGI KERAJAANKU MANGE
RI IYA. Artinya, “Sarung yang ada di Badanku akan Ku keluarkan kepada siapa saja
yang berani menggantikan saya memimpin peperangan membantu Raja Gowa maka saya
akan memberikan Tahta Kerajaan ini dan menjadi Raja Laikang.” Saat itu juga
berdirilah seorang pemuda yang bernama Sayyed Jafar Sadiq yang tak lain adalah
keponakannya sendiri yaitu anak dari Ranjabila Daeng Ti’no dan Ayahnya bernama
Sayyed Sirajuddin cucu kandung dari Sayyed Jalaluddin. Maka pada saat itu juga
dilantiklah Sayyed Jafar Sadiq menjadi Raja pertama Laikang dari keturunan
Sayyed. Dan beliau adalah Raja Ke 7 Laikang.
Keesokan harinya
berangkatlah Sayyed Jafar Sadiq bersama Tubarani / Pasukannya menuju Kerajaan
Gowa untuk membantu peperangan di Kerajaan Gowa dan dalam pertempuran tersebut
beliau berhasil / Menang dan Sombayya Ri Gowa sangat berterima kasih kepada Sayyed
Jafar Sadiq. Dan disaat itu pula mulailah hubungan kekeluargaan antara Raja
Gowa dan Raja Laikang beserta seluruh Raja-Raja yang ikut membantu kerajaan
Gowa mulai membaik dan saling mengenal..
Selama Pemrintahan
Jafar Sadiq beliau memerintah dengan bijak dan disenangi oleh Rakyatnya. Kemudian
Beliau wafat dan digantikan oleh keturunannya yaitu Sayyed Muhammad Patadang
Daeng Ri Boko sebagai Raja ke 8. Kemudian Raja ke 9 bernama Sayyed Tikollah
Daeng Leo setelah itu Raja ke 10 bernama Sayyed Muhammad Cincing diteruskan
oleh raja ke 11 bernama Sayyed Muhammad Patadang Daeng Ri Boko setalah itu Raja
ke 12 bernama Sayyed Manyyingarri. Dilanjutkan dengan Raja ke 13 bernama Andi
Parawansyah dan Raja ke 14 bernama H.Andi Lomba Parawansyah (Karaeng Lomba) dan
dilanjutkan oleh anaknya H.Andi Sukwansyah A.Lomba Karaeng Nojeng sebagai Raja ke 15.
Pemangku Adat dan Ketua Lembaga Adat KARAENG LAIKANG
Ir. H. Sukwansyah A. Lomba MSi. Kr. Nojeng M. Yunus Aidid SH. Kr. SIbali
Pemangku Adat "Karaeng Laikang" Ketua Lembaga Adat "Karaeng Laikang"
Pemangku Adat "Karaeng Laikang" Ketua Lembaga Adat "Karaeng Laikang"
Langganan:
Postingan (Atom)